Sibolga – DPR Minta Garuda Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara tegas meminta maskapai nasional Garuda Indonesia untuk segera memperbaiki kinerja keuangan dan operasionalnya.
Desakan itu muncul dalam rapat kerja bersama antara Komisi VI DPR RI dengan jajaran direksi Garuda Indonesia serta Kementerian BUMN.
Anggota DPR menilai, meski Garuda telah menyelesaikan proses restrukturisasi, namun belum menunjukkan pemulihan kinerja yang signifikan.
“Kami ingin Garuda tak hanya bertahan, tapi kembali sehat dan bisa memberi kontribusi nyata kepada negara, termasuk melalui pembagian dividen ujar salah satu anggota Komisi VI.

Baca Juga : BI Checking SLIK OJK Bermasalah Ini Cara Ampuh Membersihkannya
Sejak beberapa tahun terakhir, Garuda memang mengalami tantangan berat, terutama saat pandemi Covid-19 melanda dan menghantam industri penerbangan global.
Maskapai ini sempat nyaris bangkrut, sebelum akhirnya diselamatkan melalui skema restrukturisasi utang dan efisiensi besar-besaran.
Pasca restrukturisasi, Garuda mulai kembali beroperasi dengan armada terbatas, mengutamakan rute-rute yang memiliki potensi profit tinggi.
Namun demikian, DPR menilai pemulihan tersebut masih belum mencukupi untuk mengembalikan posisi Garuda sebagai ikon maskapai nasional yang unggul.
Salah satu sorotan DPR adalah minimnya kontribusi laba Garuda terhadap negara dalam bentuk dividen, yang sudah absen bertahun-tahun.
“Kami memahami proses pemulihan butuh waktu. Tapi BUMN seperti Garuda harus punya target yang jelas untuk bisa kembali menyetor dividen,” tegas anggota dewan lainnya.
DPR juga menyoroti pentingnya transparansi dalam pengelolaan keuangan dan belanja operasional Garuda Indonesia.
Direksi Garuda diminta lebih terbuka kepada publik, khususnya kepada DPR sebagai wakil rakyat, mengenai strategi jangka pendek dan jangka panjang.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, dalam kesempatan itu menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen memperbaiki kinerja secara bertahap.
Ia mengakui bahwa tantangan industri aviasi saat ini masih besar, terutama dari sisi biaya operasional, bahan bakar, dan persaingan harga.
Namun, Irfan meyakinkan bahwa arah pemulihan sudah berada di jalur yang benar, dengan peningkatan load factor dan efisiensi biaya yang terus dilakukan.
